“Sejak dilantik sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto membawa aura baru dalam panggung politik nasional. Gerak cepatnya di 100 hari pertama membuat banyak rakyat berdecak kagum, tapi di sisi lain, sejumlah kebijakan justru memantik protes besar-besaran. Antara tepuk tangan dan teriakan di jalanan, kepemimpinan Prabowo terasa seperti menonton film aksi: penuh kejutan, dramatis, dan sulit ditebak ke mana alurnya akan berakhir.”

1. Langkah Awal: Program Pro-Rakyat yang Menarik Perhatian

Di 100 hari pertama masa jabatannya, Prabowo mendapatkan approval tinggi, yakni sekitar 81 %, berkat peluncuran program-program sosial seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk pelajar dan ibu hamil, pengecualian kenaikan PPN pada barang kebutuhan, serta renovasi fasilitas publik. Hal ini menciptakan citra pemimpin yang cepat bertindak dan peduli rakyat.
Reuters

Selain itu, dalam rentang 1,5 bulan pertama, pemerintahannya langsung menerbitkan sejumlah kebijakan yang berdampak nyata bagi masyarakat.
kontan.co.id

2. Kebijakan Baru yang Diluncurkan

Selama enam bulan pertama pemerintahan Kabinet Merah Putih, Prabowo mengklaim telah merilis 28 kebijakan baru yang langsung berkaitan dengan kehidupan rakyat—menunjukkan ambisi membumikan programnya.
ANTARA News

3. Komitmen pada Pemerintahan Bersih dan Pro-Rakyat

Prabowo secara tegas menyatakan tekadnya membangun pemerintahan bebas korupsi dan pro-rakyat, mengajak jajaran kabinet untuk berani mengoreksi diri dan menjauhi penyimpangan.
Setnegpresidenri.go.id
Ia juga menekankan pentingnya komunikasi transparan antara pemerintah dan masyarakat agar narasi yang berkembang di publik lebih akurat dan positif.
SetkabSetneg

4. Tantangan Protes dan Krisis Kepercayaan Publik

Namun, dinamika pemerintahan Prabowo tak selalu mulus. Pada 2025, terjadi gelombang protes nasional yang paling serius dalam beberapa dekade. Aksi tersebut dipicu oleh kebijakan kontroversial seperti tunjangan rumah sebesar USD 3.000 per bulan untuk anggota DPR (sepuluh kali lipat upah minimum Jakarta), serta anggaran yang dinilai berat ke sektor tertentu, sementara lapangan kerja dan kesejahteraan belum cukup membaik. Protes ini memicu gesekan hebat, termasuk kerusuhan dan beberapa korban jiwa.
Financial TimesReuters

Sebagai respons, Prabowo melakukan sejumlah langkah politik: mencabut tunjangan DPR tersebut, menghentikan kunjungan luar negeri anggota parlemen, serta memperingatkan bahwa beberapa aksi telah “mendekati makar” — membuat banyak pihak mempertanyakan keseimbangan antara keamanan dan kebebasan sipil.
The GuardianAP NewsReutersThe Australian

5. Sentimen Otoritarian Menguat

Prabowo memicu kekhawatiran demokratis saat menyarankan agar pemilihan kepala daerah dilakukan oleh DPRD, bukan langsung oleh rakyat, dengan alasan biaya tinggi. Pendekatan ini dianggap melemahkan demokrasi dan mengkhawatirkan pengawasan publik.
Financial Times

6. Kebijakan Anggaran dan Austerity

Rencana ambisius seperti program MBG dan target pertumbuhan ekonomi 8 % per tahun dibiayai dengan pemotongan anggaran drastis—misalnya 24 % di pendidikan dasar, 39 % di pendidikan tinggi, 18,5 % di kesehatan, dan 73 % di pekerjaan umum. Hal ini menimbulkan kritik tajam dan memperlemah pelayanan publik.
The Australian

7. Posisi Geopolitik dan Hubungan Internasional yang Aktif

Secara global, Prabowo menunjukkan tekad memperkuat posisi Indonesia. Ia aktif membangun hubungan dengan negara-negara seperti China dan Rusia, menjadikan diplomasi internasional sebagai pilar pemerintahan. Namun wacana tersebut juga menimbulkan kritik terkait fokus dan pemerataan pembangunan domestik.
Financial Times


Kesimpulan: Figur Pemimpin yang Pro-Rakyat—Tapi Dipenuhi Kontradiksi

Secara keseluruhan, pemerintahan Prabowo Subianto bisa digambarkan sebagai berikut:

Sisi Positif Sisi Kritik & Risiko
Program sosial ambisius & cepat Anggaran dipangkas hingga mengganggu layanan
Komitmen terhadap anti-korupsi Langkah pengetatan kontrol publik dan kebebasan
Popularitas tinggi di awal kepemimpinan Gelombang protes dan ketidakpuasan sosial
Diplomasi aktif internasional Disparitas perhatian antara eksternal dan domestik

Secara gaya bahasa, Prabowo tampil enerjik, tegas, dan populis. Namun, ketegasan ini sering menuai kritik ketika dianggap mengabaikan ruang dialog publik dan kesejahteraan di daerah.


Out-of the Box: Sebuah Renungan

Pemerintahan Prabowo di awal periode menonjolkan semangat perubahan dan solidaritas sosial. Tetapi, ke depannya, tantangan terbesar adalah: apakah pemerintahan ini bisa menyelaraskan ambisi besar dengan proses inklusif dan keadilan sosial—tanpa membatasi kebebasan demokrasi dan hak rakyat berbicara? Itu adalah pertaruhan utama yang harus dijawab dalam sidang sejarah Indonesia.


Eksplorasi konten lain dari Mostly Media Co.

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Eksplorasi konten lain dari Mostly Media Co.

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca